Sumber: Dokumen pribadi
“Gangguan mental itu adalah hal yang sangat biasa, bukan hal yang aneh apalagi menyebutnya sebagai hal yang tidak waras. Semua itu hal yang biasa² saja untuk era saat ini,” sebut Magha sebagai Mahasiswi UBM Serpong yang peduli dengan kesehatan mental. Riliv membawakan tema “Superwoman Juga Bisa Kena Gangguan Mental” pada (22/12/2020) bersama Marshanda dan ditemani psikologi dari Riliv, Elisabeth Santoso M.PSI dalam sesi Real Talk episode 4 di IGTV dalam media sosial Instagram.
Marshanda sendiri merupakan artis yang didiagnosa memiliki gangguan mental bipolar disorder saat usianya masih 20 tahun. Dalam kesempatan tersebut, ia menceritakan tentang pengalamannya ketika pertama kali didiagnosa ia bersikap denial terhadap kenyataan tersebut karena ia merasa bahwa ia merupakan superwoman yang bisa melakukan apapun yang dia mau. Selama empat tahun, ia menerima kondisi tersebut dan mulai memelajari lebih dalam mengenai Mental Health tersebut.
Lantas, ibu satu anak ini pun juga menanyakan mengapa kebanyakan yang didiagnosa relative berusia 14-25 tahun. Psikolog Elisabeth pun menjelaskan bahwa hal itu karena bisa dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan juga faktor biological neurological facterus.
Selain itu, dalam real talk ini banyak dibahas mengenai langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi orang terdekat kita yang didiagnosa memiliki gangguan mental. Marshanda juga turut membahas mengenai support system untuk orang yang terdiagnosa masalah gangguan mental ini, ia juga membahas mengenai stigma negative masyarakat Indonesia mengenai gangguan mental ini.
Dalam video berdurasi 35 menit 41 detik, Marshanda dan Psikolog Elisabeth menyampaikan bahwa mental health ini merupakan suatu hal yang sangat penting untuk segera kita sadari dan mengingatkan kita bahwa gangguan mental itu bukanlah sebuah aib. Jangan malu untuk segera berkonsultasi dan meminta bantuan profesional. Mereka berharap masyarakat Indonesia dapat lebih mengelola emosi dan masyarakat dapat menghilangkan stigma negatif mengenai gangguan mental tersebut.
Penulis: Angelia Septyana
Editor : Tesalonika Hasugian
Comments