HIV/AIDS merupakan salah satu virus yang menyerang sistem imun tubuh manusia, sehingga pengidapnya sangat rentan terkena penyakit karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Virus ini menyerang berbagai usia, baik usia dewasa hingga usia balita. Menurut data yang dicatat oleh World Health Organization (WHO), sekitar 4 juta anak di dunia terkena virus HIV/AIDS dan 3 juta diantaranya meninggal dunia.
Di Indonesia sendiri, data yang didapatkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa sekitar 3 persen dari penderita HIV/AIDS adalah anak-anak berusia dibawah 14 tahun, dan 90 persen diantaranya terifeksi virus yang ditularkan ibunya pada masa kehamilan, proses persalinan, hingga menyusui. Bayi yang positif terkena virus HIV/AIDS akan merasakan hal – hal yang ditandai sebagai berikut;
1. Berat badan tidak bertambah
Berat badan bayi idealnya akan mengalami pertambahan setiap bulannya, tetapi hal ini tidak akan terjadi pada bayi yang terkena virus HIV/AIDS. Metabolisme lemak yang terganggu akibat virus, menyebabkan berat badan bayi sulit bertambah bahkan dapat semakin menurun.
2. Perkembangan yang lambat
Perkembangan bayi yang terkena virus HIV/AIDS akan lebih lambat menguasai sistem motorik kasar seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Hal ini berkaitan dengan berat badan yang sulit bertambah sehingga dapat mengecilkan otot, dan secara tidak langsung dapat menghambat perkembangan motorik pada tubuh bayi.
3. Mudah terserang penyakit
Sistem kekebalan tubuh bayi seharusnya akan semakin kuat seiring bertumbuhnya usia. Tetapi bayi yang terkena virus HIV/AIDS memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah sehingga sangat rentan terkena penyakit seperti demam, batuk, pilek, sakit perut, dan lain lain.
4. Mengalami infeksi
Akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah, bayi yang terkena virus HIV/AIDS akan mudah mengalami infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit seperti infeksi saluran pernafasan, infeksi jamur di mulut dan tenggorokan yang menyebabkan sariawan berkelanjutan, infeksi saluran pencernaan, dan lain sebagainya.
5. Masalah pada kulit
Masalah pada kulit seperti ruam, bentol, kemerahan, dan gatal-gatal akan lebih mudah menyerang bayi yang terkena virus HIV/AIDS. Hal ini disebabkan karena infeksi yang dialami bayi sehingga memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena virus.
Virus HIV/AIDS sampai saat ini masih belum ditemukan obatnya. Penderita tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dirawat sedemikian rupa dengan cara menjaga sistem imun tubuh sebaik mungkin. Perawatan yang dilakukan akan sangat membantu pasien untuk dapat menjalani kehidupan sehari hari nya dengan baik.
Maka dari itu, Ibu hamil yang positif terkena virus HIV harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk menjalani perawatan dan berbagai macam pencegahan agar virus tersebut tidak tertular kepada bayi yang ada didalam kandungannya. Biasanya ibu yang positif terkena HIV/AIDS sangat tidak dianjurkan untuk memberi asupan ASI kepada sang buah hati.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengikuti program Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) pada saat masa kehamilan dengan memberikan obat antriretroviral (ARV) kepada ibu yang positif terkena HIV/AIDS, kemudian melakukan persalinan secara caesar, hingga meyusui dengan cara memberi asupan alternatif pengganti ASI.
Penulis: Tahlia
コメント