Sumber Foto: Youtube UNALA Youth
Community of Practice Kreator Konten Kespro baru saja menyelenggarakan sebuah webinar bertajuk Tubuhku Otoritasku: Mendobrak Mitor Standar Kecantikan yang bekerjasama dengan Siklus Indonesia, UNFPA, dan Pemerintah Kanada pada Senin, 13 Desember 2021, pukul 14.30 WIB dan bisa diakses lewat Zoom juga layananan live streaming Youtube UNALA Youth.
Webinar tersebut dibuka oleh pembawa acara yaitu Tantri Swastika, lalu ada sambutan yang diberikan oleh Novi Anggriani selaku Senior Development Officer/Development Compression MBC of Canada, juga Fara Olivia Rumere yang berasal dari Papua sebagai moderator. Acara ini juga diramaikan oleh empat narasumber dengan latar belakang berbeda,yaitu Anindya Vivi dari Program Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta, Nurul Bahrul Ulum dari Kupipedia.id (Aktivis Gender), Anastasia Satriyo, P. Psi., Psi Psikolog Anak dan Remaja, serta Nurcahyo Budi Waskito selaku Male Involvement (Gender Unit, UNFPA).
Webinar ini mengangkat isu sosial dari budaya patriaki yang kerap membuat status perempuan terkesan lebih kecil dan tidak punya hak atas dirinya sendiri, serta bagaimana ekspektasi sosial membentuk standar kecantikan bagi manusia sejak dini. Seperti perempuan yang harus berambut panjang, berkulit cerah, berkarakter lemah lembut, mengenakan rok, harus pandai masak, dan hal-hal lain diluar kodrat, atau laki-laki yang tidak boleh menangis, tidak pantas mengenakan warna pink, dan lain sebagainya.
Standar kecantikan itulah yang akhirnya melahirkan sebutan beauty privilege, sebuah hak istimewa yang diberikan oleh masyarakat secara tidak langsung kepada mereka yang masuk dalam standar kecantikan bentukan sosial. Misalkan, jadi lebih mudah mendapat pekerjaan, mudah menarik perhatian sekitar, dan sebagainya. Seperti yang dikatakan Anindya Vivi, bahwa sebenarnya ekspektasi sosial tidaklah selalu salah, hanya saja bila hal tersebut malah membatasi ruang gerak gender tertentu, maka harus ada yang diubah.
Nurul Bahrul Ulum menyebutkan bahwa tubuh dan jiwa saling berhubungan. Di mana ketika tubuh mengalami kekerasan, pelecehan, atau eksploitasi akan memengaruhi jiwa kita. Tumbuh dalam budaya patriaki yang kuat kadang membuat perempuan jadi tidak terbiasa atau bahkan tidak bisa menolak perintah dari lawan jenis sehingga seringnya terjadi ketidakselarasan antara tubuh dengan jiwa. Begitu juga dengan laki-laki yang akhirnya lebih dominan dikuasai ego daripada perasaan akibat toxic masculinity yang berkembang di lingkungannya.
Isu-isu seperti itulah yang menjadi concern bagi penyelenggara acara dan narasumber. Diharapkan perempuan dan laki-laki bisa terlepas dari standar kecantikan yang membelenggu kebebasan mereka serta lebih menghargai diri sendiri.
Penulis: Hasita Ariya Visakha
Sumber: Youtube UNALA Youth
Comments