Karya : Rena Viriya, Christian, dan Chandra Wijaya
Teruntuk kamu dan sebuah diary yang membaca,
Hari ini 20 Oktober 2010, sebuah tanggal cantik namun tak seindah peristiwa yang terjadi. Persitiwa yang 'kan ku kenang selalu. Hari itu adalah hari yang menggembirakan bagiku sekaligus hari paling menyedihkan, dimana seorang wanita cantik pergi meninggalkan ayahku, aku, serta adikku yang masih kecil untuk selama-lamanya dan hari dimana aku dilamar oleh pacarku yang sempat membuat hubunganku dengan ibu merenggang.
Aku sangat ingat saat ibuku yang berparas cantik dan segar bugar memarahiku karena telah melanggar janji diantara kami berdua. Janji dimana aku tidak akan merajut kasih dengan seorang pria yang aku suka dan aku cinta sebelum waktunya. Yah, begitulah awal dari merenggangnya hubunganku dengan ibuku.
Terlepas dari hal tersebut, aku seringkali merasa marah pada ibuku ketika tahu bahwa aku terlahir bukan sebagai anak orang kaya melainkan sebaliknya.
Waktu sekolah... Aku kadang sempat berpikir... Kenapa aku menurunkan tampilan wajah seperti ibuku yang berparas cantik dan dinobatkan sebagai kembang desa saat ia masih muda?
Kenapa?
Kenapa aku yang memiliki wajah rupawan ini terlahir dari keluarga miskin yang hanya bertempat tinggal di sebuah gubuk tua yang sangat-sangat tidak layak untuk diriku ini tempati. Dan kenapa aku harus mendapatkan penghargaan yang tidak pantas untuk kaum seperti kami.
Pertanyaan seperti itu berlangsung lama dan kian memuncak di dalam pikiranku. Bukannya aku tidak bersyukur karena aku mempunyai paras yang indah rupawan, tapi sekali lagi aku hanya jijik dengan kenyataan yang melekat pada diriku untuk selamanya. Namun, pertanyaan itu kian memudar ketika aku telah bertemu dengan pujaan hatiku yang dapat menerima kondisi keluargaku.
Raka namanya. Seorang pangeran bagi setiap wanita yang telah melihat dirinya. Tidak hanya tampan, mapan, dan rajin, tetapi juga baik hati.
Meskipun sekarang aku telah menemukan pujaan hatiku, namun perjuangan untuk dapat bersama Raka adalah hal yang mungkin dapat dikatakan mustahil bagi orang sepertiku. Perjuangan itu dimulai ketika aku harus berhadapan dengan para putri dari keluarga-keluarga berada. Aku dihina, dicaci dan bahkan diremehkan oleh mereka.
Pada awal nya Raka juga melihat diriku seperti orang biasa, kali pertama aku bertemu dengan raka adalah ketika aku sedang mengantar makanan untuk keluarga Raka. Saat pertama kali melihatnya aku terpesona dengan ketampanan dan kebaikan hatinya. Dihari itu aku merasakan ada sesuatu yang aneh dihatiku. Setelah beberapa waktu bertemu Raka aku pun menyadari bahwa hal aneh tersebut adalah cinta.
Mungkin cerita ini terkesan seperti dongeng-dongeng yang telah ada. Tetapi entah kenapa hal ini benar-benar terjadi kepadaku. Bisa bertemu dengan pemuda tampan dan baik hati seperti raka adalah sebuah anugerah yang diberikan Tuhan kepadaku.
Setiap kali keluarga Raka memesan makanan, aku sendiri yang akan memasak dan mengantarkan makanan untuk bertemu dengannya. Sampai-sampai aku dan Raka sudah seperti sahabat. Sejak saat itu Raka tidak memandang remeh diriku lagi dan kita berteman walaupun adanya batasan dari orangtua Raka.
Keluarganya sangat baik dan sopan kepadaku, tidak seperti keluarga-keluarga berada lainnya yang memandang seseorang melalui harta. Oleh sebab itu, walaupun adanya batasan dari kedua orangtua Raka, aku tau bahwa mereka tidak bermaksud buruk. Aku tau mereka bersikap seperti itu karena mereka ingin Raka fokus pada kuliahnya.
Singkat cerita setelah Raka lulus, kami jadi sering berbincang-bincang dan tentu saja kedua orang tua Raka tidak mempermasalahkannya. Seiring berjalannya waktu, kami memiliki kesamaan dan kecocokkan kemudian kamipun menjalin hubungan. Awalnya ibuku tidak mengetahui hal tersebut. Sampai suatu hari ketika ibuku menggantikanku mengantarkan makanan ke rumah Raka, ibunya Raka menceritakan hal tersebut kepada ibuku. Ibuku memarahiku dan hubungan kamipun menjadi renggang setelah kejadian tersebut.
Di hari itu pada tanggal 20 sebelum ibu pergi meninggalkan kami, dia sangat bahagia karena putrinya dilamar oleh seorang pria yang pada akhirnya dapat ia percaya karena kebaikan dan ketulusan hatinya.
Kemudian ibu menceritakan mengapa dia melarang aku untuk berpacaran...
Di masa mudanya banyak sekali pria yang tertarik pada ibu. Pada awalnya ibu merasa bahwa setiap pria yang mendekatinya itu baik karena selalu ramah kepada ibu. Ibu juga tidak terlahir dari keluarga yang berada, namun mendapatkan perilaku spesial dari banyak laki-laki dari berbagai kalangan.
Hingga suatu hari ibu menyadari bahwa kebaikan yang diberikan kepada ibu hanya karena ibu memiliki paras yang cantik. Hingga akhirnya ibu mulai menjaga jarak agar terhindar dari laki-laki yang hanya melihat fisik tanpa memandang hati. Sampai suatu hari ibu bertemu dengan seorang pria sederhana yang memperlakukan ibu tidak hanya karena paras, melainkan juga karena hatinya.
Ibu pun menemukan kebahagiaan bersama pria tersebut. Ya benar.. Pria tersebut adalah ayah. Ketika hidup bersama ayah, ibu tidak pernah mengeluh akan sesuatu. Ibu tahu bahwa jika waktu itu dia membuka hatinya kepada salah satu laki-laki kaya yang mendekatinya hanya karena fisik, dia tidak akan bahagia.
Setelah mendengarkan cerita tersebut dari ibu, aku meminta maaf atas sikapku. Aku sadar ibu marah karena dia takut putrinya salah mengambil langkah dan tidak menemukan kebahagiaan. Senja itu banyak sekali pelajaran hidup yang tidak bisa aku dapatkan dari tempat lain. Saat itu aku tahu bahwa apapun masalah kita, kita masih memiliki orang-orang yang sayang kepada kita. kita seharusnya dapat mensyukuri segala sesuatu.
Aku berterima kasih kepada Tuhan telah mempertemukan aku dengan seorang pria yang tepat seperti Raka...
...dan memberikan sebuah keluarga yang luar biasa untukku...
Tertanggal,
20/10/2010
Editor : Levina
Comments