Sumber : Pinterest
Jamu tolak angin sudah menjadi produk andalan keluarga Indonesia. Produk ini lebih dikenal dalam produk cair dari Sido Muntjul dan jargonnya yang khas “orang pintar, minum tolak angin”. Namun, apakah anda sudah mengetahui sejarah dari tolak angin? Jika belum, mari kita bahas.
Pada tahun 1930, Ibu Rahmat Sulistio meracik jamu untuk keperluan kesehatan keluarganya. Sebelas tahun kemudian, beliau berhasil menemukan formula yang tepat dan menjualnya kepada masyarakat masih dalam bentuk godokan yang diberi nama Jamu Godokan Tolak Angin di Toko Djamu yang berada di rumahnya.
Berlanjut pada tahun 1951, Ibu rahmat berhasil mendirikan pabrik Sido Muntjul di Semarang. Sido Muntjul memiliki arti “impian yang terwujud”. Produk pertamanya, yaitu Jamu Godokan Tolak Angin. Namun, saat itu beliau masih melayani konsumen di Toko Djamu. Satu dekade setelahnya, Sido Muntjul berhasil berinovasi untuk pertama kalinya dengan memformulasikan Jamu Godokan dalam kemasan serbuk dengan desain bungkus yang menampilkan foto Bapak Irwan Hidayat dengan Ibu Rahmat Sulistio di daerah Tugu Kulon, Yogyakarta.
Karena keberhasilan tersebut, Sido Muncul terus berinovasi untuk mengembangkan produk Tolak Angin menjadi lebih baik. Dan akhirnya pada tahun 1992, Produk tolak angin tersedia dalam kemasan cair. Dan pada tahun 2000, PT. Sido Muncul Tbx melakukan uji toxit terhadap produk tolak angin. Hasil uji toxit menyatakan produk Tolak Angin nihil Toxit sehingga aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang.
Selain itu, tolak angin juga pernah mengalami kesulitan dalam bersaing di pasaran karena tingginya minat masyarakat pada obat-obatan medis. Namun dengan ketekunan dan kerja keras Tolak Angin berhasil memasuki bidang farmasi.
Karena ketulusan dan kerja keras sehingga mampu mengembangkan kualitas produk Tolak angin agar hasilnya dapat dirasakan masyarakat. Selain keberhasilan yang diraih, Tolak angin juga mampu membuktikan bahwa tidak hanya obat-obatan medis yang berperan dalam menunjang kesehatan. Namun, ramuan herbal yang menjadi warisan dari nenek moyang kita juga berperan dalam menjaga kesehatan.
Penulis : Angelia Septyana
Editor : Tesalonika Hasugian
Sumber berita : Kompasiana
コメント