Sumber : Digdayamedia
"Ada yang mengikuti perkembangan Pilpres Amerika? Beberapa hal bisa jadi pelajaran terlepas masih adanya kekurangan, Kita bersyukur Pilpres di Indonesia menerapkan sistem Pemilihan Langsung. Sehingga Presiden dan Wakil Presiden terpilih benar-benar mencerminkan suara rakyat,” tulis Mardani Ali Sera Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) di Twitter, Rabu, 4 November 2020
Diketahui Amerika Serikat telah melakukan pemungutan suara Pilpres pada Selasa, 3 November 2020 dengan kandidat Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Partai Demokrat.
Hasil pemungutan suara akan diketahui pekan ini sebab masih banyak negara bagian yang belum melaporkan hasil akhir dari perhitungan suaranya. Saat ini Biden telah mengungguli 264 electoral votes dan Trump harus sabar dengan 214 electoral votes. Namun, belum ada nama pemenang yang keluar tapi kedua kandidat sudah mendeklarasi kemenangannya.
Sontak ramai dibincangkan di banyak media, orang beramai mengomentari fenomena ini. Dari jurnalis hingga dosen asing menyebutkan kemiripan kedua negara.
“Felling like Indonesian politican,” tulis jurnalis senior ABC News Australia, David Lipson yang pernah meliput Indonesia 2018-2019 lalu.
“Absolutely. But it's not truly Indonesian politics unless Trump ends up Biden's Secretary of Defense.” Ujar Ross Tapsell, pengajar senior di School of Culture, History, and Language, Australian National University (ANU). Hal ini lantas menarik perhatian warganet dengan cuitan di Twitter.
“Dengan rekayasa Trump, Pilpres AS bisa jadi kurang bersih daripada dengan yang di Indonesia dengan negara lainnya.” Ujar @AllanNairn14 dalam cuitannya dan dibalas oleh @BobbySHendrawan, dengan cuitan “Indonesia masuk kategori ‘lumayan’.”
Jika flashback pada politik Indonesia tahun lalu ini mirip dengan Pilpres Indonesia, di mana Prabowo dan Jokowi keduanya mengklaim telah menjadi Presiden saat itu. Apakah karena politik Indonesia dan Amerika mirip?
Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila yang mana melibatkan masyarakat secara langsung untuk memilih pemimpin atau ada istilah legitimasi yakni representasi suara rakyat yang dijadikan referensi utama oleh negara dalam menentukan pemimpin. Artinya suara rakyat sangat penting dan menjadi penentu sebuah keputusan tapi minusnya masih banyak golput atau warga yang tidak dapat menggunakan hak suaranya.
Bedanya dengan AS, mereka menggunakan sebuah lembaga yang bernama Electoral College atau lembaga pemilihan. Lembaga ini lebih menyeluruh karena memberikan kesempatan yang sama ke seluruh wilayah negara bagian dengan populasi yang minim penduduk sekalipun. Namun, kelemahan dari lembaga elector ini yaitu memegang kendali ke mana suara akan diberikan. Walaupun calon Presiden mempunyai suara terbanyak dari rakyat AS, dirinya belum tentu mendapat jabatan Presiden AS.
Di tengah situasi pandemi, Indonesia juga tetap berencana melakukan demokrasi langsung yang akan digelar pada Desember mendatang untuk pemilihan kepala daerah. AS sendiri memberi kebijakan pada rakyatnya melakukan pemungutan suara via E-mail pada Pilpres kali ini. Nah, mungkin ini bisa menjadi salah satu alternatif demokrasi politik untuk mengurangi risiko terpapar virus Covid-19.
So, menurut kalian Indonesia VS Amerika Serikat, mana sistem demokrasi yang lebih baik?
Penulis : Cindy Verananda
Editor : Rena Viriya Putri
Sumber: Detik.com, Pikiran-rakyat.com, dan Kompas.com
Comments