Situasi malam di sekeliling saat itu lumayan ramai, tetapi ada yang berbeda. Evelinne tidak berada di rumah, namun sedang berkemah bersama teman-teman kampusnya di sebuah hutan yang terkenal agak menyeramkan. Mau tidak mau, ia harus bertahan di lingkungan asing tersebut selama beberapa hari.
"Makan malam sudah siap!" ujar teman Evelinne, Abel.
Abel memang terkenal pandai memasak, ia selalu memasak untuk teman-temannya ketika mereka sedang berkumpul seperti ini. Evelinne beranjak dari tempatnya menuju sumber suara. Tanpa berlama-lama, ia beserta teman-temannya menghabiskan makanan yang telah dimasak.
Setelah selesai, mereka saling berbagi canda tawa sambil menyalakan api unggun untuk menghangatkan suasana. Beberapa juga memainkan gitar sambil menyanyi bersama. Senyum mereka semua merekah malam itu. Momen seperti inilah yang sangat mereka dambakan untuk sesekali berkunjung dalam hidup mereka.
Langit dipenuhi bintang yang bersinar begitu banyak hingga malam ini tidak terasa begitu gelap. Evelinne mengabadikan suasana pada malam itu beserta momen kebersamaan mereka, kemudian ia melihat kembali hasil jepretannya. Dirinya mengerutkan kedua alis ketika melihat bahwa ada yang ganjal dalam foto itu. Terlihat sebuah cahaya di belakang mereka.
Tanpa pikir panjang, Evelinne pun menghampiri arah cahaya tersebut karena penasaran disaat teman-temannya sedang fokus pada kegiatan malam itu sehingga tidak menyadari ketidakberadaannya. Sejenak, ia terpana dengan gemerlap cahaya yang menghiasi hamparan langit biru gelap. Ada sedikit rasa lega menyelimuti dirinya karena ternyata yang ia hadapi bukan persoalan makhluk-makhluk menyeramkan yang biasanya akan muncul di situasi yang sedang ia rasakan.
Gadis itu memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar tempat yang membuatnya penasaran, Evelinne menjumpai beberapa hal yang mungkin tidak akan terjadi di dunia nyata. Tiba-tiba saja ada sebuah pintu berwarna putih dengan cahaya yang memancar dihadapannya, ia langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. Betapa terkejutnya Serena ketika memasuki kawasan di balik pintu. Di kanan kirinya terdapat kebun strawberry, blackberry, blueberry, dan raspberry.
"Ambillah jika kau menginginkannya," Evelinne mendengar suara itu dan entah mengapa suara itu seakan membimbingnya untuk memetik buah-buahan tersebut tanpa ragu. Sembari menyantap buah-buahan yang ia ambil, Evelinne kembali berjalan menyusuri tempat asing itu. Ia juga melihat kupu-kupu yang berterbangan, namun ada yang tidak biasa dari kupu-kupu itu karena mengeluarkan semburat cahaya tatkala mengepakkan sayapnya.
Kekaguman Evelinne akan tempat yang ia pijaki tidak berhenti sampai di situ. Ia jumpai seekor unicorn dengan warna yang cantik tepat di hadapannya. Sungguh, dirinya seperti merasakan berada di dalam dunia barbie yang sering ia tonton. Makhluk asing itu mengantarkan ia kepada berbagai hal dalam dunia tersebut yang belum pernah ia jumpai.
Unicorn itu menepi di sebuah sungai cantik dengan aliran air yang deras dan amat jernih. Serena dapat melihat pantulan bayangan wajahnya yang tercipta di air jernih tersebut. Kedua netranya semakin terpukau dengan suasana di hadapannya. Setelah puas berada di sungai air jernih, mereka pun menghampiri sebuah istana dengan warna putih pada tampak depannya dan berkilauan.
Kepalanya ia dongakkan ketika melihat istana dengan ketinggiannya beserta pemandangan di sekelilingnya. Evelinne juga dapat melihat beberapa peri kecil yang berterbangan. Menambah kecantikan bangunan megah itu.
KRIIIING!
Suara alaram terdengar dari sebuah ruangan. Bersamaan dengan suara tersebut, cahaya yang ada dalam bayangan seketika menghilang bersamanya seperti sekilas badai angin. Kedua netranya perlahan terbuka sambil masih berbaring dan menampakkan pemandangan lampu kamar di atasnya.
“HAH, UDAH JAM SEGINI, TELAT LAGI DONG GUE.” Evelinne terbangun dari mimpinya dan bergegas menuju ke kamar mandi untuk bersiap-siap kuliah.
Penulis: Nikita Angelmay Tombatu
Comentários