Mimpi Itu Jadi Nyata
- Journal-is-Me
- Apr 29, 2020
- 2 min read

Namaku Philip. Sejak kecil aku bermimpi ingin menjadi seorang dokter muda yang sangat hebat danmenginspirasi banyak orang. Aku bukan terlahir dari keluarga orang kaya, namun aku sangat bersyukur dengan kehidupan yang sangat sederhana ini. Aku bersyukur karena Tuhan memberikan dua malaikatnya yang sangat baik, aku memanggil mereka mama dan papa. Papa berkerja di bengkel usahanya sendiri di dekat rumah kami. Mama yang mengurus kegiatan rumah tangga dan keuangan di bengkel tersebut.
Aku bersyukur kepada Tuhan karena sekarang aku bisa masuk SMA negeri unggulan di kota tempat aku tinggal. Dari dulu, sejak kecil aku selalu berkata kepada mama dan papa bahwa aku ingin menjadi seorang dokter yang kuimpikan. Mama dan papa sangat bangga kepadaku karena rajin belajar dan bisa masuk sekolah unggulan. Ketika awal masuk SMA papa dan mama mulai meminta maaf kepadaku karena mereka tidak mampu membiayai pendidikan untuk kedokteran.
Sebenarnya sejak dulu aku sudah tahu bahwa biaya yang dibutuhkan untuk kuliah tersebut sangat besar. Aku tidak pernah sekalipun merasa kesal kepada mama dan papa. Ketika mereka meminta maaf, aku selalu bilang “tidak perlu minta maaf, aku bersyukur karena mama sama papa sudah merawat aku dengan kasih sayang. Dengan kehidupan kita yang sekarangpun aku merasa sudah sangat cukup.” Lucu rasanya ketika melihat mereka terharu mendengar perkataan tersebut.
Sering kali hati ini merasa ingin menyerah saja, tapi sebagian hati yang lain selalu berkata untuk setidaknya memaksimalkan dulu apa yang bisa aku lakukan, belajar misalnya. Hingga suatu hari ketika aku sedang belajar sambil mendengarkan radio, bintang tamu di radio pada malam itu adalah idolaku yang membuatku ingin menjadi seorang dokter. Dia adalah seorang dokter sekaligus pemain film yang sangat sukses. Pada malam itu dia tidak sedang mempromosikan film barunya ataupun menjelaskan tentang gaya hidup yang sehat.
Pada malam itu dia diminta untuk menceritakan bagaimana kehidupannya. Itu pertama kalinya dia menceritakan kisah hidupnya. Aku merasa sangat terkesan, dia ternyata besar dikeluarga yang broken home. Dia hanya tinggal bersama ibunya dan harus bekerja sambilan untuk meringankan beban ibunya. Entah kenapa aku jadi teringat perkataan mama dan papa yang selalu meminta maaf kepadaku. Bukan itu mama, papa. Pada waktu itu kata-kata yang paling ingin aku dengar dari mama dan papa adalah “kamu tetap bisa meraih impianmu”.
Di radio tersebut pesan terakhir dari orang itu adalah mimpi itu bisa menjadi nyata. Tidak peduli apakah kamu miskin atau apakah kamu yatim piatu. Kamu tetap bisa meraih mimpimu. Saat itu juga aku berkomitmen untuk tidak pernah sekalipun berpikir menyerah. Kemudian aku mulai mencari kerja sambilan, yang uangnya akan aku gunakan untuk membeli buku pelajaran. Sampai akhirnya aku mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah kedokteran. Ini adalah awal kisahku untuk menjadi sosok yang aku impikan. Penulis : Christian
Editor : Levina
Comments