Tindakan pelecehan seksual semakin marak terjadi di masyarakat. Salah satu alasan klasik yang sering dipaparkan oleh para pelaku pelecehan seksual yaitu, tergiur dengan pakaian terbuka yang dikenakan oleh korban. Sehingga perempuan tersebut menjadi target pelecehan seksual. Apakah benar bahwa pakaian terbuka dapat memicu terjadinya pperilaku pelecehan seksual?
Menurut survey yang dipaparkan oleh Koalisi Ruang Publik Aman terhadap media massa dalam jumpa pers pada hari Rabu (17/07/19) lalu mengenai persentase jenis-jenis pakaian korban pelecehan seksual dapat kita lihat bahwa, persentase terbesar berada pada kategori rok panjang dan celana panjang (17,47%) kemudian disusul dengan kategori baju lengan panjang (15,82%). Sedangkan pada kategori baju ketat dan celana ketat menduduki persentase paling rendah (1.89%).
Dari persentase diatas dapat disimpulkan bahwa pakaian terbuka bukanlah sebuah pemicu tindakan pelecehan seksual, serta tidak dapat menjadi alasan bagi para pelaku pelecehan seksual untuk melakukan tindakan tersebut terhadap para perempuan.
“Selama ini, korban pelecehan seksual banyak disalahkan karena dianggap ‘mengundang’ untuk dilecehkan dengan memakai baju seksi dan berjalan sendirian di malam hari. Tapi semua anggapan itu bisa dibantah dengan hasil survei ini yang jelas menunjukkan bahwa perempuan bercadar pun sering dilecehkan, bahkan pada siang hari.” Kata Rika Rosvianti sebagai pendiri perEMPUan, mewakili koalisi, Dilansir dari detikNews.
Rika juga menjelaskan bahwa tindakan pelecehan seksual itu murni terjadi 100% karena niat pelaku itu sendiri. Menurutnya, tidak ada korban yang ‘mengundang’ untuk dilecehkan. Korban pelecehan seksual seharusnya tidak disalahkan, karena hal tersebut merupakan kejahatan yang dilakukan oleh orang lain.
Penulis : Yefta Otniel Yusuf
Editor : Tahlia
Comments