Pada tanggal 7 Februari 2019 kemarin, merupakan sebuah peringatan peristiwa Talang Sari di daerah Lampung Timur. Insiden ini terjadi antara kelompok Warsidi dengan aparat keamanan di dusun Talang Sari III.
Soeharto, memperkuat pemerintahannya sejak 1970-an, berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan berbagai cara, serta mewajibkan Pancasila pada semua golongan. Pada Orde Baru, mengharuskan semua menjadi serba Pancasila. Artinya, semua orang dipaksa untuk jadi orang yang berpancasila.
Semua yang berbau agama pun tidak mampu menjadi kekuatan politik lagi seperti di zaman Sukarno. Partai-partai Islam disatukan dalam satu partai bernama Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Agama sebagai basis ideologi mulai dihancurkan pemerintah Orde Baru.
Sebuah kelompok Islam kecil bernama Gerakan Usroh, dipimpin Abdullah Sungkar, dijadikan contoh oleh Orde Baru sebagai gerakan politik yang tidak sesuai dengan ideologi pemerintah. Gerakan yang kebetulan berada di teritorial Kodam Diponegoro (Jawa Tengah) itu dihancurkan Mayor Jenderal Harsudiono Hartas.
Dalam Gerakan Usroh di Indonesia terdapat seorang petani asal Banaran, Kulonprogo, bernama Tubagus Muhamad Jiddan merupakan orang pertama dari Gerakan Usroh yang ditangkap. Dijatuhi hukuman 6 tahun penjara pada Februari 1986. Beberapa aktivis Gerakan Usroh lain juga ditangkap oleh aparat Orde Baru.
Setelah Tubagus Muhamad Jiddan ditanglap, Fadillah yang juga berasal dari Banaran melarikan diri dari Jawa Tengah. Untuk menghindari aksi pengganyangan Kodam Diponegoro terhadap gerakannya,
Fadillah dan temannya menuju ke Lampung dan ditampung oleh Darhari, seorang petani penganut Islam.
Melalui Darhari, Fadillah mengenal Warsidi, seorang guru mengaji. Mereka segera akrab dan saling melindungi. Warsidi menampung pelarian Gerakan Usroh dari Jawa Tengah itu di rumahnya. Warsidi juga menampung pelarian yang lain seperti Beny, Umar, dan Sholeh. Di Lampung, kehidupan si pelarian itu dibantu Warsidi yang membantu memberikan pencaharian sebagai petani.
Warsidi merupakan sosok tipe guru mengaji yang suka membahas masalah agama dalam sebuah kelompok kecil daripada berceramah di hadapan banyak orang. Sedikit namun juga efektif.
Seorang sosok tokoh bernama Warsidi. Di Talangsari, Lampung Warsidi dijadikan Imam dan membentuk kelompok pengajian kecil. Warsidi juga merupakan pemilik lahan dan pemimpin komunitas Komando Mujahidin Fisabilillah.
Pada tanggal 1 Februari 1989, ketika Kepala Dukuh Tarangsari mengirimkan surat yang ditujukan kepada Komandan Koramil (Danramil) Way Jepara, Kapten Soetiman, yang menyatakan bahwa di dukuhnya terdapat orang yang dicurigai, Yaitu Warsidi dan anggotanya.
6 Februari 1989 pemerintah setempat melalui Musyawarah Pimpinan Kecamatan (MUSPIKA) dipimpin oleh Kapten Soetiman (Danramil Way Jepara) meminta keterangan kepada Warsidi dan pengikutnya.
Beberapa rombongan berjumlah 20 orang dari kastor Camat way Jepara menuju kediaman Anwar. Diantaranya yaitu Sinaga memimpin, Kepala Staf Kodim Lampung Tengah. Rombongan besar terdiri dari Kapten Soetiman, Camat Zulkifli Malik, Kapolsek Way Jepara Lettu (Pol.) Dulbadar, Kepala Desa Rajabasa Lama Amir Puspamega, serta sejumlah anggota Koramil dan hansip. Namun hal itu menjadi kesalahpahaman di antara dua kelompok yang menyulut bentrokan. Kedatangan Kapten Soetiman disambut dengan hujan panah dan perlawanan golok. Dalam peristiwa tersebut Kapten Soetiman tewas.
Tewasnya Kapten Soetiman membuat Komandan Korem (Danrem) 043 Garuda Hitam Lampung Kolonel AM Hendropriyono menindaki terhadap kelompok Warsidi. Pada 7 Februari 1989, 3 peleton tentara dan sekitar 40 anggota Brimob menyerbu ke Cihideung, pusat gerakan. Menjelang subuh keadaan dikuasai oleh ABRI.
Berdasarkan catatan Komnas HAM, peristiwa ini membunuh 130 orang , memaksa 77 orang berpindah tempat, merampas hak 55 orang dengan sewenang- wenang, dan 45 orang disks ABRI.
Peristiwa Talang Sari merupakan upaya Soeharto memastikan tidak ada kelompok yang rapat mengganggu pemerintahannya dengan dalih penyelamatan Pancasila.
Sampai saat ini kasus Talang Sari masih menjadi pertanyaan.
Penulis : Florentia Janice
Kommentare