Genap 2 bulan, tepatnya Sabtu (2/5) sejak pandemik COVID-19 melanda tanah air, jumlah pasien positif bertambah mencapai 10.843 orang. Sejumlah 1.665 pasien berhasil disembuhkan, sementara 831 pasien lainnya meninggal dunia. Penyebarannya yang sangat cepat, membuat kondisi di lapangan semakin memburuk. Para pejuang pandemik di garda terdepan mendapati berbagai macam kendala.
Pada hari Minggu (3/5), penulis sempat melakukan wawancara singkat bersama dengan salah satu dokter yang ikut menangani pasien COVID-19, dan menanyakan kondisi terkini para pasien serta tenaga medis di Indonesia. Menurut dr. Anita Anggitia Permana, kondisi pasien jika dilihat langsung dari lapangan saat ini semakin parah. Pada awalnya hanya beberapa orang dan masih bisa diatasi, namun semakin hari bertambah banyak dan juga kondisi pasien sangat cepat memburuk.
“kondisinya rata-rata uda yang parah ya, ga kyk awal-awal yang hanya 1-2 orang masih bisa ditangani. Sekarang makin kesini, pasien covid semakin banyak dan sangat cepat perburukannya. Misalnya hari ini kondisinya stabil, tiba-tiba setengah hari kemudian ataupun dalam waktu 24 jam semakin memburuk bahkan bisa sampai meninggal.” Ungkap dr. Anita, yang bertugas di salah satu rumah sakit kota Bekasi.
Saat ini rumah sakit tempat dr. Anita bertugas memiliki area masing-masing yang terpisah, antara pasien yang terkena virus COVID-19 dengan pasien yang tidak terkena virus. Dan juga menjalankan berbagai prosedur untuk mencegah penyebaran virus. Salah satunya Screening, setiap pengunjung rumah sakit harus menjalani berbagai macam pemeriksaan dengan cara mengisi formulir khusus yang menpertanyakan riwayat kesehariannya selama 14 hari kebelakang.
Dalam kesehariannya, kendala terbesar yang dialami oleh para pejuang di garda terdepan salah satunya yaitu keterbatasan APD (Alat Pelindung Diri). Pada bulan puasa seperti ini, menurut dr. Anita tidak menjadi kendala, karena mereka sebelumnya pada saat menangani pasien covid sudah biasa menahan haus dan lapar. Hal ini bertujuan untuk menghemat penggunaan APD, sera masker N95 yang keberadaannya saat ini semakin langka. Berbagai upaya mereka lakukan, bahkan sampai menggunakan kembali masker N95 bekas pakai yang sudah dipanaskan di oven agar dapat digunakan kembali.
“kita dikasih masker N95 yang seharusnya masker itu digunakan 4-6 jam dalam sehari dan harus diganti baru. Sedangkan kita pake 1 minggu 1 masker. Jadi maskernya ini nanti kita reuse, kita jemur ataupun kita sterilin di oven selama 30 menit supaya bisa dipakai lagi.” kata dr. Anita
Selain itu, saat ini dikatakan terdapat gejala baru yang menandakan seseorang terkena virus COVID-19, seperti nyeri otot, menggigil, bahkan sampai kehilangan indera penciuman. Namun dikatakan oleh dr. Anita, sebenarnya gejala tersebut muncul karena pengaruh dari seberapa besar virus ini dapat menyerang tubuh manusia. Jadi tidak menutup kemungkinan akan muncul gejala yang berbeda, karena manifestasi ke setiap orang juga berbeda-beda.
Oleh karena itu, pesan dari dr. Anita untuk masyarakat salah satunya yaitu, “lebih peduli lagi, untuk masalah ini (COVID-19) tuh ada dan nyata,” ia juga menghimbau untuk selalu menjaga kebersihan diri, serta banyak minum vitamin agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penularan virus.
Penulis : Tahlia
Comments