top of page

RRR


Lagi-lagi, Lis menemukan amplop hitam bercorak topeng rumbai lurus pada segel merah di atas meja kerjanya. Dia membuka amplop itu hanya menemukan sebuah surat dengan motif sama seperti sebelumnya. Desain kalimat yang mengotakkan setiap huruf, begitu pula warna monokrom selalu setia menghiasi kertas. Wanita itu memasukkan tangan kirinya ke saku blazer cokelat dengan tangan lainnya masih memegang surat.


“Apa lagi yang dia mau?” tanya Lis dengan biji mata hitam yang serasa akan menembus kacamatanya.


ATAP


Satu kata yang cukup membuat gusar, tidak tahu apa maksudnya. Lis menaruh kertas itu lalu membuka kacamata yang selalu ia kenakan. Sisirnya menyapu rambut hitam panjang yang lurus sehabis dikuncir. Kemeja, celana panjang dan sepatu hak hitam menjadi zirah untuk pergi ke tempat yang tertulis. Satu jam sebelum hari Natal, itulah angka yang ditampilkan jam tangannya.


Tuk… tuk… tuk…


Di lorong perusahaan tersisa Lis sendiri bersama suara hak sepatu yang berjalan. Begitu gelap, tidak akan ada yang tahu kalau terjadi sesuatu padanya di sini. Dia bukanlah seorang penakut tapi siapapun akan waspada bila kemungkinan nyawa menjadi taruhan. Lis terus menaiki tangga, matanya masih melihat sekeliling


Syukurnya, tidak terjadi apa pun sampai dia ada di depan pintu atap. Tangannya perlahan-lahan mendekati gagang pintu lalu membukanya. Lis mengepalkan tangan kiri agar siap meninju siapa pun, namun hanya tampak area atap dengan langit gelap gulita membentang. Lis mengambil langkah lalu menatap pemandangan kota yang penuh cahaya lampu.


Betapa bahagianya orang-orang mengelilingi pohon cemara besar yang penuh gantungan permen, boneka malaikat dan pita-pita. Kedua mata wanita itu terpesona, membuatnya penuh akan harapan kalau kehidupannya dapat bahagia. Namun, wajah Lis mengerut karena mengingat sebuah kenyataan pahit. Amarylis Putri Rani adalah satu-satunya orang yang tidak boleh bahagia di hari Natal.


“Selamat malam,” ucap seseorang di belakang Lis yang membuatnya terkejut sampai menengok.

Seorang pria dengan dada lebar yang memakai blazer dan busana hitam hanya beberapa langkah di hadapannya. Topeng hitam berumbai lurus menutupi hidung mancung sampai lehernya, tidak mengurangi aura dingin yang ia berikan dengan gaya rambut comma. Pria itu merogoh saku lalu mengeluarkan senjata api.


Moncongnya mengarah pada Lis sehingga suasana semakin menegang. Dia benar-benar datang untuk membunuhku, itu yang Lis pikirkan. “Blazer itu… jadi benar kamu yang mengirim semua surat itu selama satu tahun ini?” tanya wanita itu dengan berani. Tangannya gemetar, jantungnya berdegup cepat. Ia segera menarik napas, berusaha tetap tenang.


“…Benar, Aku sudah berusaha keras untuk malam ini,” jawab pria itu dengan suara berat yang maskulin.


Dengan suaranya itu, Lis mengaku dia tampan tapi tidak ada yang lebih mengerikan dengan senjata api di tangannya. Mengapa pria ini mengejarnya? Apa yang terjadi pada satu tahun yang lalu? Semua bermula dari satu permen karamel.

 

24 Desember 2022, 23:00


            Dekorasi Natal begitu meriah dengan lampu-lampu bercahaya di tengah kota. Pria itu berjalan sendiri dengan pakaian hitam dari atas sampai bawah. Dia lelah dengan kehidupan yang menuntut senyum setiap saat, bahkan perempuan-perempuan itu berusaha merayunya.  


Betapa jijiknya, mereka menyentuh pundak ketika dia duduk dan meraih tangan saat dia berdiri hanya untuk mendaki posisi tinggi demi kekayaan semata. Urusan pekerjaan menuntut bertemu para wanita konglomerat di pesta Natal, begitu menyesakkan. Mata yang begitu dingin di balik topeng hitam berumbai lurus itu menatap bintang emas pohon cemara.


Pria itu muak dengan semua tempat terang. Ia mencari jalan yang sepi untuk beristirahat sebentar. Pandangan ke jalan mulai berputar-putar, tangannya memegang kepala yang pusing lalu menepi di sebuah ruko kosong. Tidak akan ada yang mengira bahwa seorang pria kaya sedang duduk di tempat sederhana. Dia menengadahkan kepalanya ke tembok dengan mata tertutup, napasnya masih belum stabil.


Salju berjatuhan, tubuhnya semakin dingin. Tidak ada satu pun yang dapat mengeluarkannya dari penderitaan ini. Dia pasrah, tidak peduli lagi dengan hidup. Lebih baik mati kedinginan daripada kembali ke pesta. Semakin lama, kegelapan menggerogoti dirinya sampai ia mendengar suara plastik di dekatnya.


Pria itu mengalihkan perhatiannya dan melihat sebuah tas plastik yang tidak ada di sana sebelumnya. Dia tarik lalu ada satu permen karamel di atas blazer hitam. Segera ia mencari siapa yang memberikan itu padanya lalu tepat di sisi kanan, seorang wanita berambut hitam berkata “Buanglah kalau kau tidak butuh!” sambil terus berjalan tanpa menatap ke belakang.


Bunyi jam berdentang menandakan jam 12 malam, Santa Klaus sudah mengirimkan hadiah tak terduga. Dia menatap punggung wanita yang telah berhasil membuatnya merasa nyaman. Sejak itu, pria ini memanfaatkan koneksinya untuk mencari tahu informasi tentang wanita itu. Seiring waktu berjalan, dia mengetahui bahwa perempuan itu ada di dekatnya selama ini.


Dia segera bertanya pada sekretarisnya, “Bagaimana cara mengirimkan hadiah pada seorang wanita yang kau suka?”


“Tentu saja, Anda harus mengirimkan hadiah dan amplop berisi surat. Desainnya harus dibikin menakutkan jadi jantung dia bakalan semakin berdebar. Habis itu, dia akan jatuh cinta dengan Anda!” jawab sekretaris penuh percaya diri dengan pengetahuan soal cinta yang minus. Ia lanjut berkata, “Serahkan pada saya, Pak Direktur!”


Dimulailah perjalanan sang sekretaris yang membuat berbagai strategi agar wanita itu jatuh cinta pada atasannya. Pak Direktur sangat yakin kalau rencana ini akan berhasil dengan otak brilian miliknya dan sang sekretaris.

 

24 Desember 2023, 23:50


            Pria itu menceritakan segalanya pada Lis lalu melepas topengnya. Wanita itu menyatukan kedua alisnya, masih heran dengan apa yang terjadi. “Saya tahu sesuatu yang menakutkan bikin berdebar tapi nggak gini juga! Sebaiknya Anda tidak menerima saran soal percintaan dari Pak Joshua, saya serius…” ucap Lis dengan wajah datar, mendekati Felix Aditya Mahendra yang murung.


            Lis menyentuh wajah pria tampan yang polos akan cinta ini dengan tangannya. “Gimana kalau kita mulai semuanya dari awal lagi, Pak Direktur?” tanya Lis tersenyum tulus. Felix yang salah tingkah, menekan pistol tanpa sengaja sehingga terdengar suara tembakan besar.

Kembang api mulai menyala di langit sesuai strategi Joshua, jam berdentang keras menandakan hari Natal datang. Kedua orang itu saling berpelukan, memberikan kehangatan pada hati satu sama lain. Diam-diam, Felix mengucapkan permohonan di dalam hatinya.


Merry Christmas my love, I shall bring all the happiness in this world for you.

Right now, right here and right, only you would be my Christmas for the rest of my life…

 

Penulis : Florencia Karuna Suherman

Editor  : Clarissa Putri Pangestu

Comments


© 2024 by JournalisMe. Proudly created with Wix.com

bottom of page