top of page
Writer's picturePercee Magz

YANG PENTING SAMA KAMU



Hari ini langit tidak menentu, tadi pagi cuacanya sangat indah sehingga awan yang berjalan

di langit itu cantik sekali. Tapi, pada pukul tiga sore suasana berubah. Langit redup karena

tertutup awan yang warnanya begitu gelap, bahkan matahari kurang nampak cahayanya.

Sepertinya awan akan menangis sore ini.


"Bulan." Aku yang sejak tadi menatap langit langsung tersentak saat seseorang menyebut

namaku.


"Aku kira kamu udah pulang." Kulirik Awan di sebelahku, sedikit sulit untuk melihat

wajahnya karena tinggi badanku yang bahkan tidak mencapai bahunya.


Aku mengira Awan sudah pulang karena sejak bel sekolah berbunyi Awan sudah menghilang

dari kelas, bahkan sebelum aku bisa melihat punggung laki-laki itu keluar pintu kelas kami.

"Mau makan mie ayam gak?" Awan menawarkan suatu ajakan yang mustahil ditolak olehku.

Bukan hanya karena itu makanan kesukaanku.


"Yuk! sebelum hujan." Aku menarik tangannya menuju parkiran sekolah.


Motornya melaju menuju kedai mie ayam yang sangat terkenal di kalangan anak SMA karena

harganya yang terjangkau. Angin meniup rambut panjangku yang lupa kuikat, dua tanganku

memeluk erat cardigan merah muda yang kupakai guna menahan jahatnya dingin yang

menusuk kulitku.


"Lan, ngebut dikit oke gak? takut keburu hujan," Tanya Awan sedikit berteriak.


"Iyaa!" Saat itu juga motornya melaju lebih cepat membelah angin.


Sesuai dugaan kami bahwa kedai mie ayam ini sangat ramai terlebih saat cuacanya seperti

ini, tapi beruntung karena masih tersisa satu meja untuk kami berdua.


"Pesen-"


"Dua porsi mie ayam spesial gak pakai taoge, yang satu pakai pangsit rebus dan satunya

pakai pangsit goreng, minumnya es teh manis satu dan..." Awan berhenti sejenak melirik

botol minum kosong milikku, "Satu air mineral dingin."


Hebat. Mie ayam tanpa taoge dan pakai pangsit rebus, tidak ketinggalan minuman andalanku

air mineral dingin. Awan pesankan sempurna sesuai keinginanku bahkan sebelum aku

mengucapkannya.


"Hahaha keren!" Sorakku memberi apresiasi kepada Awan yang selalu ingat bagaimana

pesanan mie ayam milikku.


"Gue jahat kalau masih gak ingat." Setelah itu kami berdua tertawa.


-----


Suasana hening saat kami menyantap mie ayam yang menggugah selera, ya aku paham ini

adalah etiket saat makan. Namun, tetap saja tidak biasanya kami banyak diam seperti ini.

"Akhirnya awan nangis juga," Ucapku tiba-tiba.


"Hah?" Ia melirikku bingung.


Jariku menunjuk ke belakang Awan yang menunjukkan jalanan sedang terguyur hujan deras.

Awan menoleh dan ia baru sadar bahwa sedari tadi hujannya cukup deras.


"Kamu kenapa Wan?" Tanyaku menarik kembali perhatiannya untuk tertuju padaku.


"Besok pulang sekolah mau temenin gue nonton gak? gue ada dua tiket."


"Kamu belum jawab pertanyaanku loh," Ucapku mengingatkan sekali lagi.


"Gue... Mentari tiba-tiba batalin janjinya. Gue tadi mau makan bakso sama dia, besok juga

mau nonton tapi dia batalin gitu aja. Gue–" Awan bercerita dengan wajah yang sangat

murung. Awan bercerita sangat detail namun telingaku sudah tidak dapat mendengarnya lagi,

pikiranku berhenti fokus tepat saat dia menyebut nama "Mentari". Seorang adik kelas yang

berada satu organisasi dengan Awan, tampaknya Awan sedang jatuh hati kepada gadis itu.

Menyesal.


Aku sungguh menyesal, bukan karena menerima ajakannya tetapi aku menyesal karena

bertanya. Jadi ini alasan langit tiba-tiba redup dan awannya menangis deras, ini alasan Awan

yang cepat-cepat keluar kelas tadi.Tidak, kamu tidak jahat jika tidak ingat menu kesukaanku

tapi kamu jahat karena membuatku menjadi opsi kedua.


"Hey!" Aku tersentak saat petikan jarinya berada di depan wajahku. "Mau gak besok?"

Tanyanya sekali lagi.


"Mauuu." Aku mengangguk dengan semangat, di pikiranku hanya “Yang penting sama

Awan.”


Entahlah, Awan yang jahat atau Bulan yang telalu naif. Apakah memang benar awan hanya

indah saat bersama matahari? Bagaimana dengan awan malam yang sedang bersama bulan?

Bukankah indah juga? walaupun awan malam kurang terlihat dari bumi sih…


Now playing ‘Backburner’ by Niki



Penulis: Aurelia Mischa A.


Editor: Clarissa Putri Pangestu

5 views0 comments

Recent Posts

See All

RRR

Comentários


bottom of page