top of page
Writer's picturePercee Magz

Belenggu Itu Kamu



Pada suatu malam saya bertanya-tanya, mengapa bisa cinta begitu murahan? Menjamah semua hati, jatuh di mana-mana, dan membentangkan tali di antara dua manusia asing. Tidakkah cinta begitu bodoh? Tidakkah cinta tahu bahwa dia adalah penghancur lebih kuat dari godam, lebih tajam dari tombak. Berhadapan dengan cinta selalu saja menjadi ketakutan terbesar saya.


Apa yang akan terjadi selanjutnya saat cinta menjamah saya? Akankah kebahagiaan atau kehancuran yang akan saya dapatkan? Itu adalah pertanyaan paling besar ketika saya menyadari telah jatuh cinta dengan kamu.


Saya ingin berharap lebih tinggi, tapi saya tak suka menangis.

Saya ingin maju lebih jauh, tapi saya takut terjatuh.

Saya ingin kamu, tapi kamu tak ingin saya.


Lalu saya bertanya kembali, untuk apa kita bertemu? Apakah cinta seperti balita yang suka bermain-main? Saya ingin kepastian. Saya tidak suka dipermainkan. Saya ingin kamu mengerti meski saya kadang juga tak bisa memahami diri saya dengan baik, apalagi ketika bersama kamu. Saya hanya merasa hidup jauh lebih menyenangkan saat kamu ada di sisi saya.


Seperti orang yang terjebak di labirin, saya terus berjalan untuk mencari jalan keluar dan berharap kamu adalah lorong terakhir. Seperti sebuah cerita, saya menjalani hidup seperti yang penulis inginkan dan berharap kamu adalah akhir bahagia untuk cerita kita.


Namun, harapan sesungguhnya adalah jebakan. Saya terperangkap dalam ekspektasi yang mana selalu ada kamu di sudut-sudut asa yang saya bangun. Saya pun tersiksa dan gelisah sendiri ketika menyadari bahwa jatuh cinta dengan kamu adalah fakta yang tidak mengenakan. Saya pikir akan lebih mudah berteriak jika saya membenci kamu seumur hidup.


Oh.


Kini saya sadar. Bukan cinta yang murahan, tapi hati saya yang terlalu lemah. Bukan kamu yang salah, tapi hati saya yang terlalu mendamba. Bukan salah sebuah kebetulan, tapi salah saya yang terlalu mengistimewakan.


Pada akhirnya saya terjatuh di langkah pertama dan tertatih pada langkah-langkah berikutnya.

Pada akhirnya saya menangis dengan keras, terisak hingga sesak tanpa sempat mengucapkan bahwa saya mencintai kamu.


Sumber Foto: Pinterest.com

Penulis:

Editor: Achmad


19 views0 comments

Recent Posts

See All

RRR

Коментарі


bottom of page