Hari Senin pagi, Budi merasa sangat malas untuk berangkat ke sekolah. Ia merasa udaranya sangat sejuk pagi itu. Budi pun memeluk guling lebih erat.
“Budi, ayo bangun! Sudah jam setengah 6, nanti kamu telat,” ucap Mama menggoyang-goyangkan tubuh Budi. Budi pun menggeliat di kasur.
“Sebentar lagi, Ma! Budi masih ngantuk,” kata Budi sembari mengucek-ucek mata.
“Mama masak nasi goreng, loh! Ada telur mata sapinya juga,” seru Mama berusaha membujuk Budi. Budi pun bangun perlahan-lahan. Tidak lama ia mandi, kemudian sarapan, dan bersiap untuk berangkat sekolah.
Saat Budi melihat jadwal pelajaran hari ini, ia kaget. Budi lupa hari ini ada ulangan matematika dan dia belum belajar sama sekali. Dia merasa ingin bolos sekolah saja.
“Budi, kamu belum berangkat juga? Nanti terlambat, loh!” tanya Mama dari dapur.
“Iya, ini Budi mau berangkat, Ma!” jawab Budi sembari mengambil tas. Ia pun memakai sepatu, kemudian memberi salam dan bergegas ke sekolah.
Di depan sekolah, Budi masih kepikiran soal ulangan. Ia takut mendapat nilai jelek dan dimarahi. Budi akhirnya memutuskan untuk bolos ketimbang mendapat nilai jelek. Budi pun berjalan ke arah warnet. Tiba-tiba, ia melihat ada seorang pemulung yang sedang kebingungan. Budi mencoba untuk tidak memerdulikannya. Tetapi, pemulung tersebut malah menghampiri Budi.
“Maaf, Kak. Kakak ada pensil?” tanya pemulung itu.
“Ada, ada. Emangnya buat apa ya, Mas?” tanya Budi balik.
”Saya boleh pinjam? Atau besok saya beliin yang baru, Kak,” ucap pemulung tersebut tidak menanggapi pertanyaan Budi. Budi sesaat ragu, tetapi akhirnya dia memberikan pensilnya dan meminta pemulung tersebut tidak mengembalikannya.
“Beneran, Kak? Saya kembaliin secepatnya kok,” seru pemulung tersebut sembari memegang pensil pemberian Budi.
“Bener kok. Itu buat Mas aja. Saya masih punya pensil yang lain,” kata Budi tersenyum. Kemudian pemulung tersebut mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada Budi. Budi pun kembali berjalan menuju warnet. Sesampainya di warnet, ia langsung bermain game di sana. Tiga jam kemudian, ia pun selesai bermain dan ingin jajan di warung dekat sekolah.
Saat sampai di belakang sekolah, Budi melihat pemulung tersebut di dekat jendela dan sibuk menulis sesuatu. Budi yang penasaran pun menghampiri pemulung itu.
“Mas kenapa masih di sini?” tanya Budi.
“Eh, kaget saya! Saya kira si Bapak. Iya Kak, saya lagi dengerin pelajaran terus saya catetin, deh,” jawab pemulung itu. “Kakak ngga masuk sekolah?”
“I-iya kelas saya lagi libur. Jadi saya tidak masuk,” kata Budi sambil nyengir. “Tadi memang Mas kira saya siapa, Mas?”
“Bapak tukang jaga sekolah itu, Kak. Sat-satang atau apa gitu,” jawab si pemulung.
“Oh, Pak Satpam!” seru Budi. Pemulung tersebut pun mengangguk.
Budi memerhatikan tulisan-tulisan yang ada di buku pemulung tersebut. Rupanya, itu adalah soal-soal mengenai peribahasa. Pemulung itu mampu menjawab soal-soal itu. Seketika, Budi merasa malu. Saat seorang pemulung bersusah payah untuk belajar dengan sembunyi-sembunyi sedangkan ia yang sudah dibayari oleh orang tua, punya seragam yang bagus, masih saja berusaha untuk pergi membolos.
“Halo, Kak? Kok ngebengong saja?” ucap pemulung sambil melambai-lambaikan tangan ke arah Budi.
“Oh, ngga,” sahut Budi. “Mas, Mas kalau mau belajar lebih banyak lagi bisa baca buku pelajaran saya yang dulu. Apabila Mas tidak keberatan, besok saya bisa kasih ke Masnya,”
“Beneran, Kak? Saya terima kasih banget kalau beneran diberi,” kata pemulung tersebut dengan gembira.
“Iya, Mas. Ngomong-ngomong nama Mas siapa? Kita sudah banyak ngobrol tetapi belum tahu nama Mas, hehe. Nama Saya Budi.” senyum Budi.
“Saya Dodi. Kak Budi serius mau kasih Saya buku pelajaran Kakak dulu?” kata Dodi sambil mengajak bersalaman. Awalnya Dodi ragu-ragu, takut akan Budi jijik dengan tangan kotornya, tetapi Budi malah menjabat tangannya dengan mantap.
“Iya, beneran Mas Dodi. Besok ke sini lagi, ya! Saya berikan besok. Saya pulang dahulu ya, Mas. Dadah!” pamit Budi.
“Makasih banyak ya, Kak! Dadah!” ucap Dodi merasa terharu.
Budi merasa hari ini mendapat pelajaran baru meskipun tidak masuk sekolah, karena dia bisa tahu ternyata masih banyak orang yang ingin bersekolah di luar sana. Budi pun bergegas pulang untuk menyiapkan buku yang ingin dia berikan pada Dodi.
Fin.
Penulis : Clarissa Putri Pangestu
Editor : Michelle Jessica
Comments